Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cerpenku-Saat Hujan Turun



Saat Hujan Turun
Matahari mulai menampakan sinarnya di ufuk timur. Secercah sinar matahari yang masuk melewati ventilasi rumah mengganggu tidurku. Perlahan aku membuka mata dan mengeliat tak karuan. Aku menggeramak meja untuk meraih HP. Aku berteriak dan langsung berdiri. Jam menunjukan jam 7 kurang 20 menit pagi. Aku langsung berlari menuju kamar mandi dan langsung marah-marah sendiri karena tidak ada yang membangunkanku.   
Aku segera turun dari kamarku yang berada di lantai atas, rumah tampak sepi. Tak seorangpun yang ada. Aku menggumam sendiri dan segera meraih sepatu lalu memakainya. Aku berlari keluar menuju sekolahku yang tak jauh dari rumah.
Bel sekolah berbunyi. Aku berhasil sampai ke kelas sebelum guruku masuk. Beruntungnya aku,aku segera duduk di bangkuku dan merebahkan tubuhku ke meja karna kecapean.
“Aileen, tumben banget kamu nggak telat. Ya walaupun hampir! Hebat!” ucap temanku yang bernama Alisa dengan menepuk bahuku.
“Sial,ini lagi muji atau ngehina nih?” pikirku dalam hati.
 Temanku yang lain tampak cengengesan satu sama lain. Mungkin lagi menertawaiku? Entahlah. Guru terkiller pun akhirnya masuk,untung saja aku nggak telat. Mau jadi apa nanti aku? Mungkin aku  jadi daging yang mau digiling untuk  buat bakso? Haha. Aku tersenyum dan segera mengambil buku Matematikaku di tas.
Pak Riyadi tiba-tiba menunjukku dan suruh mengerjakan soal di papan tulis. Aku pun maju dan segera mengerjakkan soal itu. Teman-temanku terkagum-kagum oleh jawabanku yang ternyata benar . Pak Riyadi pun memujiku.
 “Aileen,kamu memang pintar. Tapi tolong ya, kalau berangkat jangan selalu telat.” Aku hanya terseyum dan kembali ke tempat dudukku.
“Gila kamu Leen!soal susah bangeettt kaya tadi kamu bisa??Ckckck”.
 “Hehe,makasih Bal!” jawabku singkat karna bingung mau njawab apa.
Sekolah hari ini telah selesai, aku segera pulang. Aku berjalan kaki karna tadi lupa bawa sepeda. Bodohnya aku, seharusnya tadi aku bersepeda saja jadi tidak usah membuang tenagaku. Yah, sudahlah. Tiba-tiba hujan turun,aku segera berteduh di halte depan sekolah. Tiba-tiba datang seorang laki-laki sebayaku ke arahku. 1,2,3,4,5 DEG!! Jantungku tiba-tiba berdetak kencang. Aku langsung menatap langit untuk menenangkan perasaanku. Ku coba lirik laki-laki tadi, dia tampak gelisah. Dia menggerakan mulutnya seakan mau mengatakan sesuatu.
“Kau tunggu disini ya” tiba-tiba dia mengatakan kalimat itu.
Apa yang dia bilang? Dia menyuruhku untuk tetap disini? Buat apa? Padahal kan aku nggak kenal sama dia?Aku melihatnya pergi hujan-hujanan nggak tau mau kemana. Aku pun menuruti perintahnya karna penasaran, Ada apa si?
Setelah beberapa menit,tiba-tiba dia datang lagi dan membawa payung. “Makasih udah tetap disini” kata dia. Aku bingung dengannya, kenapa dia terimakasih denganku? Tiba-tiba dia menawarkan payung tadi untukku pulang. Karna aku bingung mau gimana, aku mau aja dan terima kasih ke dia. Dia tersenyum kepadaku. DEG!!
Aku masih bingung ke orang laki-laki tadi! Apa dia fansku?Haha. Sudahlah! Memikirkannya membuatku gila!
Kini aku bersemangat untuk ke sekolah nggak tau ada apa, rasanya semangat banget! Tidak seperti biasanya,hari ini aku bangun jam setengah 6. Aku turun menuju meja makan. Orangtua dan adikku tampak heran. Aku tidak mempedulikannya dan segera mengambil nasi dan lauk.
“Tumben kakak udah siap jam segini?” Tanya adikku. Aku hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut adik perempuanku ini. Aku segera berpamitan untuk berangkat sekolah. Ku ambil sepeda kesayanganku dan segera mengayuhnya.
Setiba di depan sekolah, satpam sekolahku tampak heran denganku. Aku mulai sebal. Kenapa aku berubah baik,malah dipandang aneh sama orang lain? Aishh!  Aku masuk ke dalam sekolah. Ku lewati ruang kepala sekolah. Kulihat orang laki-laki kemarin berada di dalam ruang kepala sekolah. DEG!! Mungkinkah dia yang dimaksud temen-temen kemarin kalau ada murid baru dari Jakarta? Aku segera ke kelasku, kulihat segerombolan anak cewe kelas XII IPS 1 sedang nggosipin murid baru itu. Katanya cakep lah ini lah. LEBAY!!! Satu kata buat segerombolan tadi. Aku pun masuk ke kelasku. GILAA!!! RAME BANGET!! KAYA DI PASAR!!Ternyata cewe di kelasku jauuuhhh lebih heboh pake banget daripada yang tadi. Aku segera meletakkan tasku di meja dan mengeluarkan novel yang kemarin belum selesai kubaca. Aku pasang headset ke telingaku dan memutar musik,volume sengaja aku kerasin karna temen-temenku berisik banget.
Saking asyiknya baca novel,tiba-tiba ada yang menggebrak mejaku, spontan aku teriak dan menatap siapa yang menggebrak mejaku.
“PAK AGUS!!!” kataku dan segera melepas headset.
“KAMU YAH!! PAGI-PAGI SUDAH BUAT SAYA MARAH!! SUDAH BEL MALAH NDENGERIN MUSIK TERUS!!” gentak Pak Agus. Aku pun melirik ke temenku ,kenapa nggak ada satu orangpun memberitahuku. Aishh!!
“Maaf Pak, saya tidak tahu. Salahin dong ke yang lain kenapa pada nggak ngingetin aku, Pak!” tiba-tiba Pak Agus menghela nafas dan segera meninggalkan tempat dudukku.
“Kamu yah, Pak Agus lagi marah malah kamu nyalahin orang lain. Kamunya juga instropeksi dong!” kata Alisa.
“Loh? Emang benerkan kataku tadi? Kalian aja yang salah.” Jawabku
Tiba-tiba Pak kepala sekolah datang ke kelasku dengan murid baru itu. Suasana langsung berubah!! Cewe-cewe pada berisik banget. Anak laki-laki tampak sebal sepertiku.
 “Eh,kok kamu nggak histeris kaya temen-temenmu?jangan-jangan kamu? LESBI YA!haha”ledek temen sebelahku yang bernama Iqbal.
“Aku normal kok!”ucapku sambil memukul kepalanya
“Sebenernya dia juga seneng kok sama dia Bal, orang ganteng kaya dia kok Aileen nggak suka. Aileen kan ratu gengsi” kata Alisa yang membuatku tambah bad mood.
 Aku hanya diam dan melanjutkan membaca novel. Pak Kepsek memperkenalkan murid baru itu. “Alan. Namanya alan. Oh!” batinku. Alan pun menghampiriku dan duduk di pojok belakang. DEG!! Lagi-lagi jantungku berdetak kencang. ANEH!! Aku sebel apa suka sih sama dia? Apa yang diucapin Alisa bener?
Dia mencoba mengajak untuk ngobrol denganku. Aku hanya menjawab singkat-sesingkatnya. Dia pun sepertinya capek ngomong sama aku, jadi dia nggak tanya-tanya lagi. Tiba-tiba Pak Agus mengatakan kalau sampai sini saja pelajaran hari ini dan suruh belajar lagi di rumah karna mau rapat. Pulang gasik? YES!! Pak Agus meninggalkan kelas.  Aku pun memasukkan buku pelajaran ke dalam tas. Aku meraba rokku. Basah!! Apa aku?? Oh tidak! Aku nggak bawa jaket trus juga hujan lagi! Aku lagsung panik. Semua sudah keluar kecuali Alan.
“kau kenapa? Nggak pulang?” tanyanya.
“mmm..aku..aku..”tiba-tiba air mataku jatuh.
“Kau??” ucap Alan sambil melihat kursiku. Alanpun melepaskan jaketnya dan memberikannya padaku.
“Pakailah” ucapnya. Tanpa pikir-pikir,aku mengambilnya dan memakainya untuk menutupi rokku yang basah karena….
“Makasih ya.. jangan ngomongin hal ini ke temen-temen yang lain ya” ucapku padanya.
“iya. Yuk pulang” ajaknya.
Aku pun menggendong tasku dan keluar kelas. Kulihat hujan semakin deras,aku bingung! Aku bawa sepeda, tapi masa aku hujan-hujanan?batinku.
“kenapa?ada masalah lagi?” tanyanya.
“aku bawa sepeda,tapi hujan. Gimana ya?” jawabku.
“kamu tinggal dimana?”tanya Alan lagi.  Aku pun memberitahu kalau aku tinggal di perumahan Anggrek deket sekolah. Aku kaget saat dia bilang kalau dia juga tinggal di perumahan Anggrek.
“kalau gitu kita bareng aja. Kamu yang mbonceng sambil mayungin aku. Nih payungnya” katanya. GILA!! Dia baik banget! Batinku.
Aku pun mengikuti usulnya dan segera ke tempat parkir sepeda dengannya. Sepanjang jalan aku deg-degan banget. Ku pegang payung kuat-kuat karena anginnya kenceng banget. Tiba-tiba payungnya terbang terbawa angin. Alan seketika menghentikan sepedanya dan melihat terbangnya payungnya itu. Aku segera meminta maaf sudah membuat payungnya hilang.
“sudah tidak apa-apa” katanya sambil mengayuh sepedanya lagi.
“rumahmu yang mana?”tanyanya kemudian. Aku pun menunjukan rumahku.
Aku pun membuka gerbang dan mengajak Alan ke dalam. Mamahku keluar dan menyambutku dengan omelan-omelan. Aku langsung beranjak ke kamar mandi dan ibuku mengambil  handuk di lemari untuk Alan. Setelah aku berganti pakaian,akupergi  ke ruang tamu namun Alan sudah tidak ada. Yah!
Keesokan harinya, Pak Riyadi menunjuk aku dan Alan untuk mengikuti Olympiade Matematika. Alan?Dia pintar Matematika? Kurang jodoh apa coba sama aku? Akupun disuruh ke aula untuk mengikuti bimbingan Olympiade Matematika.
Kamipun di beri soal dan suruh dikerjakan. GILA!! 100 soal!! Akupun langsung berburu-buru untuk mengambil pensilku. Ku kerjakan soal itu. 1-20 masih gampang,21-30 kepalaku mulai pusing,31-40 mulai keringat dingin. GILA!! Susah banget!! Aku menengok kearah Alan,dia kelihatan santai banget! Aku pun bersemangat lagi dan tidak  mau kalah dengannya. Setelah mengubek-ubek otakku,akhirnya selesai juga. Aku kumpulin tuh soal. Aku dan Alan pun kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Namun baru saja aku sampai ke kelas,bel istirahat kedua berbunyi. Syukurlah!
“Gimana tadi?Ngapain aja?” tanya Alisa
“Tadi ngerjain soal. 100 soal Cuma dikasih waktu 2 jam! Mules aku”jawabku
“Yaudah,yuk ke kantin!”ajaknya
“Nggak ah. Aku males ke kantin,aku bawa bekal.” Jawabku
                Alisa pun pergi ke kantin, aku mengambil bekalku di dalam tas. Ku buka tempat bekalku dan ternyata isinya roti bakar kesukaanku. Tiba-tiba Alan masuk ke kelas dan menghampiriku.
“Sendirian?” tanyanya
“iya nih. Makasih yah yang kemarin. Soal jaketmu… ini aku kembalikan. Makasih yah!”jawabku
“ah..eumm,iya sama-sama” jawabnya
                Keheningan pun terjadi, aku menjadi salah tingkah. Cuma aku dan Alan di kelas. Aku pun melanjutkan memakan rotiku. Sedangkan dia bermain HP entah sedang apa dia dengan HPnya itu.
                Tak lamakemudian,temenku mulai  bermunculan ke kelas. Iqbal,temenku yang rese banget tiba-tiba datang menghampiriku dan mengambil tempat bekalku dan memakan rotinya. Teman yang lain pun berebutan mengambil rotiku. Habis sudah!!
“Iqbaaaaaaall!!!”aku pun mengejarnya
                Hari berganti dengan cepat, tiba waktunya lomba Olympiade Matematika. Aku dan Alan mewakili SMA kami yaitu SMA 2 Bandung. Sebelum mengerjakan soal,kami berdoa dulu. Ku kerjakan 50 soal itu tanpa masalah,kulihat Alan juga tak masalah. Kami pun optimis untuk menang. Kami menunggu pengumumannya,tak sadar kami berpegangan tangan dan berdoa bersama. Panitia lomba pun mengumumkan hasilnya. Deg..Deg..Deg!
“Juara 3 diraih oleh Ananda Satria dari SMA 1 Bandung. Juara 2 diraih oleh Aileen Cantika dari SMA 2 Bandung! Dan juara pertamanya adalah… Alan Prasetyo dari SMA 2 Bandung” ucapnya
Aku dan Alan pun loncat-loncat dan berpegangan tangan. Tak lama,kami pun tersadar dan segera melepaskan tangan lalu segera mengambil piala.
Setelah lomba Olympiade Matematika,aku dan Alan jadi deket. Bahkan dekett banget. Minggu besoknya, tiba-tiba Alan mengajakku jalan-jalan pada malem minggu. Aku jadi gelisah dan pengen cepet-cepet hari itu.
Tibalah hari Sabtu, aku pun bersemangat sekolah. Di kelas aku senyum-senyum sendiri membayangkan apa yang mau kita lakukan nanti malam. Ku lirik Alan, ku lihat dia sedang serius menulis catatan di papan tulis. Dia pun menoleh ke arahku dan tersenyum padaku. Aku menjadi salah tingkah dan segera menghadap ke depan.
Sepulang sekolah, aku langsung sibuk memilih baju yang mau aku pakai. Ku lempar bajuku satu persatu ke kasur karena tidak ada yang bagus. Setelah berkali-kali melempar bajuku ke kasur,akhirnya ada baju yang bagus yaitu dress putih. Aku pun menyetrika baju itu lagi agar terlihat tidak kusut.
Aku berdandan seperfect mungkin dan segera menunggu Alan menjemputku di depan rumah. Kring..kring..kring.. ada suara sepeda. Aku pun terkejut saat Alan menjemputku dengan sepeda. Aku hampiri Alan.
“Loh,kok naik sepeda?emang kita mau kemana?”tanyaku.
“Ya Cuma sepedaan aja”jawabnya.  Jederrrr!!! Udah cape-cape aku berdandan kaya gini, ternyata cuma ngajak sepedaan?batinku.
“Yasudah,aku ganti pakaian dulu ya.”ucapku. Namun Alan menarik tanganku dan menyuruhku duduk di belakangnya.
 “Sudah pakai baju ini saja”katanya dan segera mengayuh sepedanya.
Aku dibawa pergi ke alun-alun yang lumayan jauh dari rumahku. Di tengah jalan tiba-tiba hujan turun,Alan mengambil payungnya yang dikeranjang dan memberikannya kepadaku. Kubuka payung itu untuk berpayungan.
Namun hujan semakin deras,kami pun segera mencari tempat untuk berteduh. Di haltelah kami akhirnya berteduh. Kugesek-gesekkan telapak tanganku karna kedinginan. Alan pun melakukan hal yang sama denganku.
“Aileen,aku mau mengatakan sesuatu padamu”ucapnya
“Apa?” jawabku singkat dan masih menggosok-gosokkan telapak tanganku
“Aku udah suka sama kamu saat kita pertma bertemu, aku cinta sama kamu. Mau nggak kamu jadi pacarku?”ucapnya. DEG! Aku menjadi salah tingkah. Dan bingung mau menjawab apa.
“Gimana?Mau nggak?”ucapnya tidak sabar
“Iya”jawabku malu-malu.
                Semenjak itu aku berangkat sekolah selalu  bareng Alan dan berboncengan menggunakan sepeda. Aku pun menjadi lebih bersemangat sekolah karna Alan selalu memotivasiku untuk semangat dan serius belajar karena bentar lagi ujian.
                Akhrinya setelah kerja keras kami belajar menghadapi UN, siswa SMA 2 Bandung dinyatakan lulus semua. Aku sangat bangga karena Alan peringkat 1 paralel sedangkan aku peringat 2 paralel. Kami pun mencorat-coret baju karena sudah menjadi tradisi anak sekolah kalo lulus.
Keesokan harinya, aku dan Alan merayakan kelulusan kami di sebuah cafe. “Kamu mau ngelanjutin sekolah dimana? Aku udah diterima nih di UI fakultas Kedokteran”ucapku dengan gembira. Namun wajah Alan tampak muram. Aku pun tanya kenapa dia seperti itu. Kegembiraanku karna sudah diterima di UI menjadi sirna setelah Alan memberitahu kalau dia mendapatkan beasiswa sekolah di Jepang dan orang tua Alan telah setuju kalau Alan melanjutkan sekolah di Jepang. Aku sangat sedih karena berpisah dengan Alan. Namun aku berjanji kepadanya akan menunggunya pulang ke Indonesia. Dan dia juga berjanji tidak akan melupakanku.


Aku dan keluargaku pun berpindah ke Jakarta karena ayahku ditugaskan di Jakarta dan aku juga kebetulan kuliah di Jakarta.
 
Hari ini adalah hari pertamaku untuk kuliah. Aku kesiangan karna tidurnya kemaleman untuk mempersiapkan apa yang harus dibawa OSPEK hari ini. Aku dimarah-marahin abis-abisan oleh kakak kelas. Yasudah aku dengerin aja tuh omelannya. Toh dia nggak mungkin sampai membunuhku. Hari-hari OSPEKku kujalani dengan santai tanpa beban.
OSPEK telah usai, aku pun mulai pelajaran biasa. Dosen yang kata kakak kelas itu galak , memasuki ruangan kelasku. Kulihat ekspresi muka teman-temanku menjadi ketakutan. Dari fisik sih, kelihatan galak. Tapi waktu dia ngajar, lucu abis. Kami pun ketawa-ketiwi oleh lawakan yang dibuat oleh dosenku itu. Wah,kakak kelasku bohong nih. Saat istirahat tiba, aku cek emailku. Dan kulihat Alan mengirim kabar dari Jepang untukku kalau dia baik-baik saja dan menanyakan kabarku. Aku pun menjawab emailnya.
Dua  tahun telah berlalu, namun tidak ada kabar apapun dari Alan. Orangtuaku pun menyarankanku untuk mencari lelaki yang lain. Namun aku membantahnya karna aku sudah berjanji untuk menunggunya.
“Tapi Aileen,mungkin kamu masih cinta sama dia. Tapi apa dia masih cinta sama kamu?Dia ingat sama kamu juga belum tentu.”ucap mamahku.
“Enggak! Alan nggak kaya gitu mah, dia sudah janji sama aku kalau tidak akan melupakanku!” jawabku.
“janji..janji.. jaman sekarang janji-janji seperti itu dipercaya” ucap mamahku yang tak mau kalah.
Aku segera masuk kedalam kamarku dan mengambil fotoku dengan Alan di atas meja. Kupandangi foto itu,tiba-tiba air mataku terjatuh. “kau tidak melanggar janji kita kan? Apa yang diomong mamahku nggak benarkan? Batinku. Akupun terisak dalam tangisku sampai ketiduran. Keesokan harinya orangtuaku dan adikku berpamitan untuk pergi ke rumah nenekku yang di Jogja.
Saat makan,mandi,menonton tv,kuliah,maupun melakukan pekerjaan yang lain aku selalu memikirkan Alan. Apakah dia memikirkanku juga?Apakah dia kangen aku? Air mataku jatuh sendirinya. Apakah aku harus melupakannya? Pertanyaan itu selalu bermunculan di kepalaku. Aku ambil sepedaku dan pergi entah kemana nanti untuk menenangkan hatiku.
Tiba-tiba hujan turun,aku pun menuju halte untuk berteduh. Tiba-tiba air mataku jatuh, karna tempat ini mengingatkanku  dengan Alan. Telah lama aku disini namun hujan tak kunjung berhenti. Aku pun nekat untuk pulang hujan-hujanan.
Keesokan harinya aku berangkat kuliah seperti biasa. Aku bersin-bersin karena hujan-hujanan kemarin. Karna aku agak nggak enak badan dan orang tuaku juga kebetulan lagi di Jogja, aku pun berangkat dengan busway. Namun di luar juga sedang hujan,ku ambil payung dan segera pergi ke halte.
Aku menunggu lampu merah karna haltenya berada di seberang. Saat lampu merah,aku pun segera menyebrang. 1,2,3,4,5, DEG! Tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Aku menoleh belakang dan melihat seorang laki-laki yang juga sedang memandangiku. Akupun berjalan kearah laki-laki itu dan laki-laki itu juga berjalan ke arahku. Tiba-iba air mataku jatuh. Aku bertanya padanya
“Apakah kau Alan?” Dia juga bertanya kepadaku
“Apakah kau Aileen?” seketika itu aku dan dia yang ternyata Alan berpelukan ditengah-tengah jalan. Lampu lalu lintas pun berubah menjadi hijau, kami segera ke pinggir jalan.
 “Kenapa kau tidak mengabariku selama ini?” tanyaku sambil meneteskan air mata.
“Maafkan aku Aileen,bukannya aku nggak bermaksud untuk nggak ngabarinmu, tapi karna aku banyak tugas jadi aku nggak sempat untuk mengabarimu. Maafkan aku Aileen”ucapnya
“Iya nggakpapa,yang penting kita sudah bertemu”ucapku dan memeluknya
~TAMAT~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar