Saat Hujan Turun
Matahari mulai
menampakan sinarnya di ufuk timur. Secercah sinar matahari yang masuk melewati
ventilasi rumah mengganggu tidurku. Perlahan aku membuka mata dan mengeliat tak
karuan. Aku menggeramak meja untuk meraih HP. Aku berteriak dan langsung
berdiri. Jam menunjukan jam 7 kurang 20 menit pagi. Aku langsung berlari menuju
kamar mandi dan langsung marah-marah sendiri karena tidak ada yang membangunkanku.
Aku segera turun
dari kamarku yang berada di lantai atas, rumah tampak sepi. Tak seorangpun yang
ada. Aku menggumam sendiri dan segera meraih sepatu lalu memakainya. Aku
berlari keluar menuju sekolahku yang tak jauh dari rumah.
Bel sekolah
berbunyi. Aku berhasil sampai ke kelas sebelum guruku masuk. Beruntungnya
aku,aku segera duduk di bangkuku dan merebahkan tubuhku ke meja karna kecapean.
“Aileen, tumben banget kamu nggak
telat. Ya walaupun hampir! Hebat!” ucap temanku yang bernama Alisa dengan
menepuk bahuku.
“Sial,ini lagi muji atau ngehina
nih?” pikirku dalam hati.
Temanku yang lain tampak cengengesan satu sama
lain. Mungkin lagi menertawaiku? Entahlah. Guru terkiller pun akhirnya
masuk,untung saja aku nggak telat. Mau jadi apa nanti aku? Mungkin aku jadi daging yang mau digiling untuk buat bakso? Haha. Aku tersenyum dan segera
mengambil buku Matematikaku di tas.
Pak Riyadi
tiba-tiba menunjukku dan suruh mengerjakan soal di papan tulis. Aku pun maju
dan segera mengerjakkan soal itu. Teman-temanku terkagum-kagum oleh jawabanku
yang ternyata benar . Pak Riyadi pun memujiku.
“Aileen,kamu memang pintar. Tapi tolong ya,
kalau berangkat jangan selalu telat.” Aku hanya terseyum dan kembali ke tempat
dudukku.
“Gila kamu Leen!soal susah
bangeettt kaya tadi kamu bisa??Ckckck”.
“Hehe,makasih Bal!” jawabku singkat karna
bingung mau njawab apa.
Sekolah hari ini
telah selesai, aku segera pulang. Aku berjalan kaki karna tadi lupa bawa
sepeda. Bodohnya aku, seharusnya tadi aku bersepeda saja jadi tidak usah
membuang tenagaku. Yah, sudahlah. Tiba-tiba hujan turun,aku segera berteduh di
halte depan sekolah. Tiba-tiba datang seorang laki-laki sebayaku ke arahku.
1,2,3,4,5 DEG!! Jantungku tiba-tiba berdetak kencang. Aku langsung menatap
langit untuk menenangkan perasaanku. Ku coba lirik laki-laki tadi, dia tampak
gelisah. Dia menggerakan mulutnya seakan mau mengatakan sesuatu.
“Kau tunggu disini ya” tiba-tiba
dia mengatakan kalimat itu.
Apa yang dia
bilang? Dia menyuruhku untuk tetap disini? Buat apa? Padahal kan aku nggak
kenal sama dia?Aku melihatnya pergi hujan-hujanan nggak tau mau kemana. Aku pun
menuruti perintahnya karna penasaran, Ada apa si?
Setelah beberapa
menit,tiba-tiba dia datang lagi dan membawa payung. “Makasih udah tetap disini”
kata dia. Aku bingung dengannya, kenapa dia terimakasih denganku? Tiba-tiba dia
menawarkan payung tadi untukku pulang. Karna aku bingung mau gimana, aku mau
aja dan terima kasih ke dia. Dia tersenyum kepadaku. DEG!!
Aku masih bingung
ke orang laki-laki tadi! Apa dia fansku?Haha. Sudahlah! Memikirkannya membuatku
gila!
Kini aku
bersemangat untuk ke sekolah nggak tau ada apa, rasanya semangat banget! Tidak
seperti biasanya,hari ini aku bangun jam setengah 6. Aku turun menuju meja
makan. Orangtua dan adikku tampak heran. Aku tidak mempedulikannya dan segera
mengambil nasi dan lauk.
“Tumben kakak udah siap jam
segini?” Tanya adikku. Aku hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut adik
perempuanku ini. Aku segera berpamitan untuk berangkat sekolah. Ku ambil sepeda
kesayanganku dan segera mengayuhnya.
Setiba di depan
sekolah, satpam sekolahku tampak heran denganku. Aku mulai sebal. Kenapa aku berubah
baik,malah dipandang aneh sama orang lain? Aishh! Aku masuk ke dalam sekolah. Ku lewati ruang kepala
sekolah. Kulihat orang laki-laki kemarin berada di dalam ruang kepala sekolah.
DEG!! Mungkinkah dia yang dimaksud temen-temen kemarin kalau ada murid baru
dari Jakarta? Aku segera ke kelasku, kulihat segerombolan anak cewe kelas XII
IPS 1 sedang nggosipin murid baru itu. Katanya cakep lah ini lah. LEBAY!!! Satu
kata buat segerombolan tadi. Aku pun masuk ke kelasku. GILAA!!! RAME BANGET!! KAYA
DI PASAR!!Ternyata cewe di kelasku jauuuhhh lebih heboh pake banget daripada
yang tadi. Aku segera meletakkan tasku di meja dan mengeluarkan novel yang
kemarin belum selesai kubaca. Aku pasang headset ke telingaku dan memutar
musik,volume sengaja aku kerasin karna temen-temenku berisik banget.
Saking asyiknya
baca novel,tiba-tiba ada yang menggebrak mejaku, spontan aku teriak dan menatap
siapa yang menggebrak mejaku.
“PAK AGUS!!!” kataku dan segera
melepas headset.
“KAMU YAH!! PAGI-PAGI SUDAH BUAT
SAYA MARAH!! SUDAH BEL MALAH NDENGERIN MUSIK TERUS!!” gentak Pak Agus. Aku pun
melirik ke temenku ,kenapa nggak ada satu orangpun memberitahuku. Aishh!!
“Maaf Pak, saya tidak tahu.
Salahin dong ke yang lain kenapa pada nggak ngingetin aku, Pak!” tiba-tiba Pak
Agus menghela nafas dan segera meninggalkan tempat dudukku.
“Kamu yah, Pak Agus lagi marah
malah kamu nyalahin orang lain. Kamunya juga instropeksi dong!” kata Alisa.
“Loh? Emang benerkan kataku tadi?
Kalian aja yang salah.” Jawabku
Tiba-tiba Pak
kepala sekolah datang ke kelasku dengan murid baru itu. Suasana langsung
berubah!! Cewe-cewe pada berisik banget. Anak laki-laki tampak sebal sepertiku.
“Eh,kok kamu nggak histeris kaya
temen-temenmu?jangan-jangan kamu? LESBI YA!haha”ledek temen sebelahku yang
bernama Iqbal.
“Aku normal kok!”ucapku sambil
memukul kepalanya
“Sebenernya dia juga seneng kok
sama dia Bal, orang ganteng kaya dia kok Aileen nggak suka. Aileen kan ratu
gengsi” kata Alisa yang membuatku tambah bad mood.
Aku hanya diam dan melanjutkan membaca novel. Pak
Kepsek memperkenalkan murid baru itu. “Alan. Namanya alan. Oh!” batinku. Alan
pun menghampiriku dan duduk di pojok belakang. DEG!! Lagi-lagi jantungku
berdetak kencang. ANEH!! Aku sebel apa suka sih sama dia? Apa yang diucapin
Alisa bener?
Dia mencoba
mengajak untuk ngobrol denganku. Aku hanya menjawab singkat-sesingkatnya. Dia
pun sepertinya capek ngomong sama aku, jadi dia nggak tanya-tanya lagi.
Tiba-tiba Pak Agus mengatakan kalau sampai sini saja pelajaran hari ini dan
suruh belajar lagi di rumah karna mau rapat. Pulang gasik? YES!! Pak Agus
meninggalkan kelas. Aku pun memasukkan
buku pelajaran ke dalam tas. Aku meraba rokku. Basah!! Apa aku?? Oh tidak! Aku
nggak bawa jaket trus juga hujan lagi! Aku lagsung panik. Semua sudah keluar
kecuali Alan.
“kau kenapa? Nggak pulang?”
tanyanya.
“mmm..aku..aku..”tiba-tiba air
mataku jatuh.
“Kau??” ucap Alan sambil melihat
kursiku. Alanpun melepaskan jaketnya dan memberikannya padaku.
“Pakailah” ucapnya. Tanpa pikir-pikir,aku
mengambilnya dan memakainya untuk menutupi rokku yang basah karena….
“Makasih ya.. jangan ngomongin
hal ini ke temen-temen yang lain ya” ucapku padanya.
“iya. Yuk pulang” ajaknya.
Aku pun
menggendong tasku dan keluar kelas. Kulihat hujan semakin deras,aku bingung!
Aku bawa sepeda, tapi masa aku hujan-hujanan?batinku.
“kenapa?ada masalah lagi?”
tanyanya.
“aku bawa sepeda,tapi hujan.
Gimana ya?” jawabku.
“kamu tinggal dimana?”tanya Alan
lagi. Aku pun memberitahu kalau aku
tinggal di perumahan Anggrek deket sekolah. Aku kaget saat dia bilang kalau dia
juga tinggal di perumahan Anggrek.
“kalau gitu kita bareng aja. Kamu
yang mbonceng sambil mayungin aku. Nih payungnya” katanya. GILA!! Dia baik
banget! Batinku.
Aku pun
mengikuti usulnya dan segera ke tempat parkir sepeda dengannya. Sepanjang jalan
aku deg-degan banget. Ku pegang payung kuat-kuat karena anginnya kenceng banget.
Tiba-tiba payungnya terbang terbawa angin. Alan seketika menghentikan sepedanya
dan melihat terbangnya payungnya itu. Aku segera meminta maaf sudah membuat
payungnya hilang.
“sudah tidak apa-apa” katanya
sambil mengayuh sepedanya lagi.
“rumahmu yang mana?”tanyanya
kemudian. Aku pun menunjukan rumahku.
Aku pun membuka
gerbang dan mengajak Alan ke dalam. Mamahku keluar dan menyambutku dengan
omelan-omelan. Aku langsung beranjak ke kamar mandi dan ibuku mengambil handuk di lemari untuk Alan. Setelah aku berganti
pakaian,akupergi ke ruang tamu namun
Alan sudah tidak ada. Yah!
Keesokan
harinya, Pak Riyadi menunjuk aku dan Alan untuk mengikuti Olympiade Matematika.
Alan?Dia pintar Matematika? Kurang jodoh apa coba sama aku? Akupun disuruh ke
aula untuk mengikuti bimbingan Olympiade Matematika.
Kamipun di beri
soal dan suruh dikerjakan. GILA!! 100 soal!! Akupun langsung berburu-buru untuk
mengambil pensilku. Ku kerjakan soal itu. 1-20 masih gampang,21-30 kepalaku
mulai pusing,31-40 mulai keringat dingin. GILA!! Susah banget!! Aku menengok kearah
Alan,dia kelihatan santai banget! Aku pun bersemangat lagi dan tidak mau kalah dengannya. Setelah mengubek-ubek
otakku,akhirnya selesai juga. Aku kumpulin tuh soal. Aku dan Alan pun kembali
ke kelas dan mengikuti pelajaran. Namun baru saja aku sampai ke kelas,bel
istirahat kedua berbunyi. Syukurlah!
“Gimana tadi?Ngapain aja?” tanya
Alisa
“Tadi ngerjain soal. 100 soal
Cuma dikasih waktu 2 jam! Mules aku”jawabku
“Yaudah,yuk ke kantin!”ajaknya
“Nggak ah. Aku males ke kantin,aku
bawa bekal.” Jawabku
Alisa
pun pergi ke kantin, aku mengambil bekalku di dalam tas. Ku buka tempat bekalku
dan ternyata isinya roti bakar kesukaanku. Tiba-tiba Alan masuk ke kelas dan
menghampiriku.
“Sendirian?” tanyanya
“iya nih. Makasih yah yang kemarin.
Soal jaketmu… ini aku kembalikan. Makasih yah!”jawabku
“ah..eumm,iya sama-sama” jawabnya
Keheningan
pun terjadi, aku menjadi salah tingkah. Cuma aku dan Alan di kelas. Aku pun
melanjutkan memakan rotiku. Sedangkan dia bermain HP entah sedang apa dia
dengan HPnya itu.
Tak
lamakemudian,temenku mulai bermunculan
ke kelas. Iqbal,temenku yang rese banget tiba-tiba datang menghampiriku dan
mengambil tempat bekalku dan memakan rotinya. Teman yang lain pun berebutan mengambil
rotiku. Habis sudah!!
“Iqbaaaaaaall!!!”aku pun
mengejarnya
Hari
berganti dengan cepat, tiba waktunya lomba Olympiade Matematika. Aku dan Alan
mewakili SMA kami yaitu SMA 2 Bandung. Sebelum mengerjakan soal,kami berdoa
dulu. Ku kerjakan 50 soal itu tanpa masalah,kulihat Alan juga tak masalah. Kami
pun optimis untuk menang. Kami menunggu pengumumannya,tak sadar kami
berpegangan tangan dan berdoa bersama. Panitia lomba pun mengumumkan hasilnya.
Deg..Deg..Deg!
“Juara 3 diraih oleh Ananda
Satria dari SMA 1 Bandung. Juara 2 diraih oleh Aileen Cantika dari SMA 2
Bandung! Dan juara pertamanya adalah… Alan Prasetyo dari SMA 2 Bandung” ucapnya
Aku dan Alan pun
loncat-loncat dan berpegangan tangan. Tak lama,kami pun tersadar dan segera
melepaskan tangan lalu segera mengambil piala.
Setelah lomba
Olympiade Matematika,aku dan Alan jadi deket. Bahkan dekett banget. Minggu
besoknya, tiba-tiba Alan mengajakku jalan-jalan pada malem minggu. Aku jadi
gelisah dan pengen cepet-cepet hari itu.
Tibalah hari
Sabtu, aku pun bersemangat sekolah. Di kelas aku senyum-senyum sendiri
membayangkan apa yang mau kita lakukan nanti malam. Ku lirik Alan, ku lihat dia
sedang serius menulis catatan di papan tulis. Dia pun menoleh ke arahku dan
tersenyum padaku. Aku menjadi salah tingkah dan segera menghadap ke depan.
Sepulang
sekolah, aku langsung sibuk memilih baju yang mau aku pakai. Ku lempar bajuku
satu persatu ke kasur karena tidak ada yang bagus. Setelah berkali-kali melempar
bajuku ke kasur,akhirnya ada baju yang bagus yaitu dress putih. Aku pun menyetrika
baju itu lagi agar terlihat tidak kusut.
Aku berdandan
seperfect mungkin dan segera menunggu Alan menjemputku di depan rumah.
Kring..kring..kring.. ada suara sepeda. Aku pun terkejut saat Alan menjemputku
dengan sepeda. Aku hampiri Alan.
“Loh,kok naik sepeda?emang kita
mau kemana?”tanyaku.
“Ya Cuma sepedaan aja”jawabnya. Jederrrr!!! Udah cape-cape aku berdandan kaya
gini, ternyata cuma ngajak sepedaan?batinku.
“Yasudah,aku ganti pakaian dulu
ya.”ucapku. Namun Alan menarik tanganku dan menyuruhku duduk di belakangnya.
“Sudah pakai baju ini saja”katanya dan segera
mengayuh sepedanya.
Aku dibawa pergi
ke alun-alun yang lumayan jauh dari rumahku. Di tengah jalan tiba-tiba hujan
turun,Alan mengambil payungnya yang dikeranjang dan memberikannya kepadaku.
Kubuka payung itu untuk berpayungan.
Namun hujan
semakin deras,kami pun segera mencari tempat untuk berteduh. Di haltelah kami
akhirnya berteduh. Kugesek-gesekkan telapak tanganku karna kedinginan. Alan pun
melakukan hal yang sama denganku.
“Aileen,aku mau mengatakan
sesuatu padamu”ucapnya
“Apa?” jawabku singkat dan masih
menggosok-gosokkan telapak tanganku
“Aku udah suka sama kamu saat
kita pertma bertemu, aku cinta sama kamu. Mau nggak kamu jadi pacarku?”ucapnya.
DEG! Aku menjadi salah tingkah. Dan bingung mau menjawab apa.
“Gimana?Mau nggak?”ucapnya tidak
sabar
“Iya”jawabku malu-malu.
Semenjak
itu aku berangkat sekolah selalu bareng
Alan dan berboncengan menggunakan sepeda. Aku pun menjadi lebih bersemangat
sekolah karna Alan selalu memotivasiku untuk semangat dan serius belajar karena
bentar lagi ujian.
Akhrinya
setelah kerja keras kami belajar menghadapi UN, siswa SMA 2 Bandung dinyatakan
lulus semua. Aku sangat bangga karena Alan peringkat 1 paralel sedangkan aku
peringat 2 paralel. Kami pun mencorat-coret baju karena sudah menjadi tradisi
anak sekolah kalo lulus.
Keesokan
harinya, aku dan Alan merayakan kelulusan kami di sebuah cafe. “Kamu mau ngelanjutin
sekolah dimana? Aku udah diterima nih di UI fakultas Kedokteran”ucapku dengan
gembira. Namun wajah Alan tampak muram. Aku pun tanya kenapa dia seperti itu. Kegembiraanku
karna sudah diterima di UI menjadi sirna setelah Alan memberitahu kalau dia
mendapatkan beasiswa sekolah di Jepang dan orang tua Alan telah setuju kalau
Alan melanjutkan sekolah di Jepang. Aku sangat sedih karena berpisah dengan
Alan. Namun aku berjanji kepadanya akan menunggunya pulang ke Indonesia. Dan
dia juga berjanji tidak akan melupakanku.
Aku dan keluargaku pun berpindah ke
Jakarta karena ayahku ditugaskan di Jakarta dan aku juga kebetulan kuliah di
Jakarta.
Hari ini adalah
hari pertamaku untuk kuliah. Aku kesiangan karna tidurnya kemaleman untuk
mempersiapkan apa yang harus dibawa OSPEK hari ini. Aku dimarah-marahin
abis-abisan oleh kakak kelas. Yasudah aku dengerin aja tuh omelannya. Toh dia
nggak mungkin sampai membunuhku. Hari-hari OSPEKku kujalani dengan santai tanpa
beban.
OSPEK telah usai,
aku pun mulai pelajaran biasa. Dosen yang kata kakak kelas itu galak , memasuki
ruangan kelasku. Kulihat ekspresi muka teman-temanku menjadi ketakutan. Dari
fisik sih, kelihatan galak. Tapi waktu dia ngajar, lucu abis. Kami pun
ketawa-ketiwi oleh lawakan yang dibuat oleh dosenku itu. Wah,kakak kelasku
bohong nih. Saat istirahat tiba, aku cek emailku. Dan kulihat Alan mengirim
kabar dari Jepang untukku kalau dia baik-baik saja dan menanyakan kabarku. Aku
pun menjawab emailnya.
Dua tahun telah berlalu, namun tidak ada kabar
apapun dari Alan. Orangtuaku pun menyarankanku untuk mencari lelaki yang lain.
Namun aku membantahnya karna aku sudah berjanji untuk menunggunya.
“Tapi Aileen,mungkin kamu masih
cinta sama dia. Tapi apa dia masih cinta sama kamu?Dia ingat sama kamu juga
belum tentu.”ucap mamahku.
“Enggak! Alan nggak kaya gitu
mah, dia sudah janji sama aku kalau tidak akan melupakanku!” jawabku.
“janji..janji.. jaman sekarang
janji-janji seperti itu dipercaya” ucap mamahku yang tak mau kalah.
Aku segera masuk
kedalam kamarku dan mengambil fotoku dengan Alan di atas meja. Kupandangi foto
itu,tiba-tiba air mataku terjatuh. “kau tidak melanggar janji kita kan? Apa
yang diomong mamahku nggak benarkan? Batinku. Akupun terisak dalam tangisku
sampai ketiduran. Keesokan harinya orangtuaku dan adikku berpamitan untuk pergi
ke rumah nenekku yang di Jogja.
Saat
makan,mandi,menonton tv,kuliah,maupun melakukan pekerjaan yang lain aku selalu
memikirkan Alan. Apakah dia memikirkanku juga?Apakah dia kangen aku? Air mataku
jatuh sendirinya. Apakah aku harus melupakannya? Pertanyaan itu selalu
bermunculan di kepalaku. Aku ambil sepedaku dan pergi entah kemana nanti untuk
menenangkan hatiku.
Tiba-tiba hujan
turun,aku pun menuju halte untuk berteduh. Tiba-tiba air mataku jatuh, karna
tempat ini mengingatkanku dengan Alan.
Telah lama aku disini namun hujan tak kunjung berhenti. Aku pun nekat untuk
pulang hujan-hujanan.
Keesokan harinya
aku berangkat kuliah seperti biasa. Aku bersin-bersin karena hujan-hujanan
kemarin. Karna aku agak nggak enak badan dan orang tuaku juga kebetulan lagi di
Jogja, aku pun berangkat dengan busway. Namun di luar juga sedang hujan,ku
ambil payung dan segera pergi ke halte.
Aku menunggu
lampu merah karna haltenya berada di seberang. Saat lampu merah,aku pun segera
menyebrang. 1,2,3,4,5, DEG! Tiba-tiba jantungku berdetak kencang. Aku menoleh
belakang dan melihat seorang laki-laki yang juga sedang memandangiku. Akupun
berjalan kearah laki-laki itu dan laki-laki itu juga berjalan ke arahku.
Tiba-iba air mataku jatuh. Aku bertanya padanya
“Apakah kau Alan?” Dia juga
bertanya kepadaku
“Apakah kau Aileen?” seketika itu
aku dan dia yang ternyata Alan berpelukan ditengah-tengah jalan. Lampu lalu
lintas pun berubah menjadi hijau, kami segera ke pinggir jalan.
“Kenapa kau tidak mengabariku selama ini?”
tanyaku sambil meneteskan air mata.
“Maafkan aku Aileen,bukannya aku
nggak bermaksud untuk nggak ngabarinmu, tapi karna aku banyak tugas jadi aku
nggak sempat untuk mengabarimu. Maafkan aku Aileen”ucapnya
“Iya nggakpapa,yang penting kita
sudah bertemu”ucapku dan memeluknya
~TAMAT~